Sabtu, 14 Januari 2012

Yang Menolong Pasti Ditolong

Yang Menolong, Pasti Ditolong
Perjalanan ke SD Pulolanting memberi kisah tersendiri bagi H. Ma’ruf, pria asli Yogya yang tinggal di Jombang ini. Datang ke Kalimantan tanpa ada saudara maupun kenalan, hanya karena berniat ingin jadi guru setelah membaca disurat kabar bahwa disalah satu daerah di Nusantara ini ada SD yang tidak ada guru yang bisa mengajar disana, kini ia tidak habis pikir kenapa dulu bisa bersikeras datang ke Kalimantan. Tapi ini sudah jadi kisah, kisah yang membuktikan bahwa siapa yang menolong pasti ditolong Allah.
“...Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa” (QS. Al Hajj:40)
Dikampung ia dikenal sebagai orang yang ringan tangan, menjadi seksi sibuk saat ada pengajian, selalu direpoti saat ada orang punya hajat, dan itulah yang special dari H. Ma’ruf kala itu. Kebiasaannya ini suatu saat dibalas oleh Allah disaat ia membutuhkannya.
Saat itu ditahun 1970 (wah dulu banget), berangkatlah dengan bekal secukupnya menuju Kalimantan hingga disuatu tempat H. Ma’ruf muda kala itu (belum Haji, masih mas Ma’ruf) kehabisan bekal dan ongkos, setelah minta tolong kesana kemari akhirnya ia disarankan untuk datang kerumah H. Ahmad salah seorang pengurus organisasi besar berlambang matahari (pertolongan pertama dari Allah) dicarinya rumah yang dimaksud ditempuh dengan jalan kaki hingga akhirnya pandangannya tertuju pada seorang laki-laki yang sedang membaca surat kabar ABADI, ia pun segera memperkenalkan diri ddan menceritakan keadaannya sekarang, tidak punya bekal, jauh dari tempat yang dituju dan tidak punya siapa-siapa di situ.
H. Ahmad menyambutnya dengan baik dan dirumah itu mas Ma’ruf bisa makan minum dan tinggal untuk sementara waktu. (Ini pertolongan kedua dari Allah) Perjalanan ke SD Pulolanting masih sehari semalam naik kapal dan itu sangat jauh masih harus melewati dua danau, danau Jempang dan Danau Lemayang. Namun itu tidak menyrutkan niatnya untuk menjadi guru di SD Pulolanting. Bertanya ke H. Ahmad, bagaimana cara agar bisa ke tempat yang dituju. Akhirnya H. Ahmad menulis sebuah surat dan dikatakan kepada mas Ma’ruf, “temuilah H. Idris Kepala KUA Muara Muntai, sampaikan salam dari saya, dan kalau nanti petugas kapal bertanya katakan bahwa kamu akan kerumah H. Idris dan akan saya bayar ketika saya sudah disana”.
Perjalanan pun dilanjutkan dengan diberi bekal oleh H. Ahmad sekiranya cukup untuk perjalanan ke Muara Muntai. Sesampai disana ternyata benar, ongkos kapal itu dibayar oleh H. Idris (pertolongan Allah yang ketiga), disambut dengan hangat oleh orang yang belum pernah dikenal sebelumnya, setelah memperkenalkan diri mas Ma’ruf muda menyampaikan maksud kedatangannya, ingin jadi guru di pedalaman. MasyaAllah kaget betul mas Ma’ruf ternyata SD yang dituju sudah bubar (mungkin akang-akang bertanya kenapa tidak telepon dulu, kang kala itu jarang orang yang punya telepon, apalagi telepon genggam). “Tapi akan saya bantu”, kata H. Idris untuk mengumpulkan kembali para wali murid dan dinas terkait supaya SD itu didirikan kembali.
Tapi tujuan baik itu tidak diabaikan oleh Allah, sambil menunggu respon masyarakat terhadap upaya didirikannya kembali SD Pulolanting, ms Ma’ruf diminta H. Fadli salah satu pengurus Muhammadiyah disana untuk mengajar di SMP Muhammadiyah dan sorenya bisa bantu beliau jaga toko dan dari sinilah kemudian mas Ma’ruf punya penghasilan untuk menyambung hidup. (pertolongan ke empat).
Singkat cerita SD Pulolanting sepakat didirikan kembali dan subhanallah, salah satu siswanya adalah anak Gubernur Wahab Syahrani, mulai Pak Ma’ruf (panggilan sesudah jadi guru) mengajar dengan gaji yang tidak cukup untuk makan. Ditengah kesulitan yang menghimpitnya Allah memeberinya ilham, bersama murid-muridnya P Ma’ruf  membuat kisah yang di tonel-kan (semacam mamanda/drama/ludruk di Jawa) ternyata ditempat itu pertunjukan seperti ini sangat diminati sehingga P. Ma’ruf memutuskan untuk membuat kisah bersambung tiga malam disebuah gedung milik pemerintah, subhanallah diluar dugaan pengunjungnya sangat banyak, pertunjukan ini kemudian dikarciskan dan dalam waktu yang tidak lama P. Ma’ruf dan murid-muridnya menjadi orang-orang yang banyak uang (pertolongan Allah ke lima). Memang orang yang berhijrah di jalan Allah akan diberi rizki yang melimpah:
“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nisa’:100)
Dan jangan terkejut, dengan kegiatan yang dianggap membantu dunia pendidikan, suatu kreatifitas yang menghibur masyarakat dan juga mendidik ini didengar dan direspon oleh orang no 1 di RI, ya... Presiden Soeharto berkenan berkunjung kesana untuk melihat pertunjukan itu, Presiden RI saat itu mengaku bangga, Gubernur Wahab Syahrani sangat senang dan sebagai ucapan terima kasih kepada P. Ma’ruf ia diangkat menjadi PNS, (pertolongan Allah yang ke enam) dan dalam waktu singkat P. Makruf sipenata kursi pengajian dikampungnya, penjemput kyai, seksi sibuk untuk para tetangga yang punya hajat, pengantar orang ke RS, dan masih banyak lagi jabatan tanpa gaji lainnya, kini telah menjadi orang penting di Pulolanting. Bayangkan Presiden RI, orang no 1 di Republik ini bukan mengundang ke Istana tapi datang melihat langsung buah ciptanya.
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad:7)
Wahai saudar-saudaraku yang kini beruntung karena diberi kesempatan oleh Allah untuk menolong agamanya, hamba-hambanya, makhluk-makhluknya, walaupun itu kadang menysahkan, merepotkan, mengganggu, menghabiskan waktu, ketahuilah bahwa semua itu disaksikan oleh Allah dan pasti akan dibalas dengan balasan yang lebih baik.
“Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. “ (QS. Muzammil:20)


Jumat, 13 Januari 2012

Dibalas dalam Sekejap (di Qishos)

Dibalas Dalam Sekejab (Di kisas)
“Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.” (QS. Al Ma’idah:45)
Mahasiswa semester 5 disalah satu perguruan tinggi swasta di Surabaya, arah perjalanan dari Sidoarjo ke Surabaya sore itu saat hujan grimis, dibonceng anak yang baru lulus SMA dengan mengendarai Yamaha Fiz, melaju kencang dari arah selatan, ketika sampai di Sebelah selatan Wonokromo dekat lampu merah bersenggolan dengan sepeda motor Honda Grand warna hijau, kontan dua perempuan jatuh setelah tersenggol dari belakang kemudi sebelah kirinya. Hanya roboh saja tidak sampai berakibat fatal karena dua perempuan itu segera berdiri.
Sayangnya si Anak SMA asal Lampung ini panik dan spontan menancap gas Yamaha Fiz nya, tabrak lari dan tidak bertanggung jawab, sebenarnya mahasiswa Fakultas Agama Islam yang dibonceng berusaha mengingatkan dan meminta supaya kembali untuk mempertanggung jawabkan kekhilafan tersebut, paling tidak minta maaf lah. Tapi tidak digubris dan dengan kecepatan tinggi sampailah dua anak muda ini di Simokerto G III, disitulah mereka tinggal.
Duduk dimasjid sambil mendiskusikan peristiwa yang baru saja terjadi, menyesal dan sungguh tidak pantas kita sebagai orang yang sholat melakukan hal seperti ini. Tapi itu sudah terjadi, tinggal penyesalan, bertobat dan semoga Allah mengampuni.
Satu minggu kemudian Mahasiswa semester lima yang satu minggu lalu dibonceng, kini dijalur yang sama  menempuh perjalanan dari Mojokerto ke Surabaya melewati Japanan dari selatan meluncur keutara, dan rupaya hukum kisas terjadi, dengan kecepatan tinggi pengemudi yang asli Surabaya menabrak pembatas Bungurasi antara jalur jembatan khusus untuk mobil yang menuju Surabaya dan jalur sepeda motor dan mobil yang menuju terminal. Separoh sepeda hancur, helm pecah dan luka-luka disetiap persendian. Karena luka tidak parah perjalananpun dilanjutkan menuju Sidotopo Wetan Mulia menuju masjid Al Hakim. Astaghfirullah, balasan terjadi secepat ini. Ingatlah apa yang terjadi satu minggu yang lalu. Mahasiswa itu mahasiswa Fakultas Agama Islam yang diharapkan menjadi juru dakwah, karena itu cepat diingatkan oleh Allah, sebelum ia terlalu jauh menikmati kesalahan.
Ada lagi kejadian yang lebih cepat pembalasannya, seorang guru ngaji dari desa menuju kota Mojokerto, diutara alun-alun kota Mojokerto ada jembatan penyeberangan yang melintasi sungai brantas yang disiapkan khusus untuk kendaraan roda dua. Sore itu si guru ngaji berada dibelakang penjual jagung yang lagi nuntun sepeda dengan beban berat dagangannya. Dalam hati si guru ngaji berkata: “lama sekali sih, nggak ngerti orang lagi buru-buru”, rupanya gumam dalam hati itu didengar oleh Allah dan Allah memang Maha Mendengar.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nur:21)
“Katakanlah: "Jika aku sesat maka sesungguhnya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat." (QS. Saba’:50)
Sejurus kemudian Allah mengingatkan si guru ngaji, agar dia ingat bahwa naik sepeda motor itu lebih nyaman dari nuntun sepeda pancal apalagi dengan beban dua keranjang jagung. Sepeda motor tidak perlu keluar banyak tenaga, cukup dengan memutar gas ditangan kanan dan bila perlu mengurangi kecepatan cukup dengan menginjak rem, sedang bagaimana beratnya beban si penjual jagung?...Ketika si guru ngaji mendahului penjual jagung segera setelah itu ada isi jagung (janggel) melayang diudara mengenai helm teropong yang terbuka dan terjepit kaca helm berada dipelipis kanan. Siapa yang melemparpun tak diketahui karena kanan kiri depan belakang sepi yang jelas bukan si penjual jagung, entah tangan siapa yang diinjam oleh Allah untuk mengingatkan si guru ngaji.
Guru ngaji bukan orang sembarangan, ia adalah sosok yang akan mencetak generasi Qur’ani, karena itu ia tidak boleh terlalu jauh tersesat. Begitu dia salah berfikir saja Allah langsung  mengingatkan.
Mungkin kita pernah mengalami hal serupa, anda pekerja pabrik yang tidak pernah “nglewes” (melalaikan kewajiban), banyak karyawan lain yang meninggalkan tanggung jawab, ada yang tidur saat jam kerja toh tidak ketahuan, tapi ketika anda melakukan itu padahal Cuma sekali langsung dipergoki bos.
Anda jama’ah pengajian, banyak orang yang melihat aurot wanita-wanita yang sengaja dibuka-buka di jalanan, toh mereka tidak apa-apa, tapi ketika anda mencoba melirik sedikit saja, eh ditabrak becak.
Anda remaja masjid, atau alumni Diniah atau yang sejenis dengan itu halaqah misalnya, ketika teman-teman sebaya begitu mudahnya mendapat teman kencan di sabtu malam minggu, padahal tampang mereka biasa-biasa aja. Anda malah terkesan tidak laku, tak ada satupun wanita yang mau berlabu dihati yang kosong melompong, sekali ada kenalan ternyata dalam satu bulan ia sudah pamit nikah dengan orang lain.
Anda orang jujur, tak pernah berdusta, suatu saat berdusta sekali-saja ternyata langsung diketahui dan diingatkan teman, padahal ada orang yang tiap hari bohong juga gak pernah ada yang mempersoalkan. Jika anda seperti itu, anda tidak berbakat berbuat dosa, anda disayang Allah. Karena peringatan hanya bermanfaat bagi yang mau diingatkan, bukan yang sudah rusak.
“Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah walaupun dia tidak melihatnya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia. (QS. Yasin:11)
Dosa yang dibalas dalam sekejap kadang bermanfaat besar bagi pelaku, sebab ia segera kapok dan tidak mengulangi lagi. Ia merasa rugi bukan malah menikmati. Kalau sudah tau akan celaka khan mikir-mikir seribu dan semilyar kali untuk melakukannya.

Sengsara Membawa Nikmat; BALASAN YANG DIHIMPUN (Kisah Nyata Pemuda Miskin Terpaksa Kaya)

Sengsara Membawa Nikmat; BALASAN YANG DIHIMPUN
(Kisah Nyata Pemuda Miskin Terpaksa Kaya)
“Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan balasannya kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun.” (QS. At Taghobun 64:7)
Lahir dikeluarga miskin memang berat alias susah, lebih susah lagi kalau mendapat warisan kemiskinan. Itulah yang dialami oleh Nurkholis muda (yang kemudian kita kenal dengan pak Nur), dengan sembilan adik yang ditinggal mati kedua orang tuanya dan setumpuk hutang yang tidak diketahui bagaimana cara melunasinya, pemuda asli Gresik yang tinggal di Surabaya utara Kec. Kenjeran ini menjalani kehidupannya, pontang-panting menjadi kakak tertua yang berjuang demi bisa melihat adiknya makan, apapun dilakoninya asalkan halal.
Waktu itu pekerjaan yang ditekuninya adalah menjadi wartawan hiburan di koran Surabaya Post, demi dapat menyetor tulisan lebih banyak ia jug menulis artikel dibeberapa koran dan majalah lain, beruntung dia dengan pekerjaan ini ia bisa bertemu dengan banyak artis seperti Rita Sugiarto, Mansur S, Idalaila, Roma Irama dan artis-artis terkenal zaman itu. Tapi jangan dianggap ia bahagia dengan profesinya karena ia adalah pemuda yang lahir dari lingkungan kental ajaran agama, baginya profesi ini cukup menyusahkan karena cukup rentan dengan maksiat.
Penghasilannya tentu tidak cukup untuk menghidupi adik-adiknya apalagi harus menangsur hutang almarhum orang tuanya. Setiap ada orang yang datang menagih hutang ia selalu menjawab, “Sabarlah pak, hutang itu akan saya bayar tapi saya tidak berani janji kapan saya bisa membayarnya.” Kicauan rutin, lagu merdu harian, dan kehidupan ini sudah jadi “sego jangan”, menu masalah yang harus dihadapi setiap hari selama 15 tahun.
Bersyukur masih ada perempuan yang mau kecemplung dikubangan susah bersamanya, iapun kemudian menikah agar masih tetap diakui sebagai umat Rosulullah. Khan Rosulullah SAW bersabda;
“Nikah itu sunnahkuh barang siapa yang tidak mau menikah maka ia bukan umatku.” Hadits ini sangat terkenal dimusim nikah, eh maaf musim punya hajat.
Hingga suatu hari, setelah sekian lama meringis dalam duka dan kemiskinan yang tidak diketahui kapan akan berakhir, tiba-tiba atasannya di Surabaya Post memanggilnya dan memberi berita gembira; siang itu (saya lupa kapan hari, tanggal, bulan dan tahunnya) bos berkata:
“Nur maukah kamu naik Haji?”
Seperti mimpi disiang hari, “apa pak” mas Nur meyakinkan,
“Naik Haji,” kata bos, “tapi jangan jawab sekarang, kamu ngomong dulu sama istrimu”
“ya pak” pak Nur segera pamit pulang, dan dengan bergegas ia menemui istrinya didapur yang sedang menggoreng tempe (karena memang tempe makanan hemat biaya dan belum punya yang lain untuk digoreng).
“dik.. saya ditawari naik Haji”, kata mas Nur dengan nada riang, tapi istrinya tidak menjawab, dan hanya melihatnya sebentar lalu membolak-balik tempe agar tidak gosong, mungkin dikira orang ngelindur (mengigau),
Malam pun tiba, selepas isya’ pulang sholat jamaah dirumah kontrakan yang amburadul, istrinya bertanya; ”mas, yang sampean sampaikan tadi siang itu bener ta?
“benar, bagaimana nurut sampean dik?” tanya mas Nur.
“baiknya istikharoh dulu, dan jangan diceritakan siapa-siapa, sebab kalau batal malu kita, dikira kita orang yang sombong, wong miskin aja mimpi naik Haji” kata istrinya.
Setelah berunding dan minta petunjuk kepada Allah, maka keluarga yang belum punya anak itupun menyatakan setuju pada bosnya, dan bosnya tepat janji sehingga mas Nur benar-benar pergi Haji.
Pagi-pagi setelah jamaah subuh ia berpamitan pada para tetangga bahwa hari itu ia akan pergi haji, semua orang terkejut dan ditengah tengah keterkejutan itu ada tetangga yang berasal dari Madura bertanya; “ke asrama haji naik apa?, tanyanya
“Gampang pak, khan banyak mobil,” jawab mas Nur, “oh ya sudah kalau gitu” kata tetangga baik hati itu. Tak lama kemudian setelah pulang dari masjid tetangga Madura itu datang lagi, “jadi naik apa ke asrama Haji” tanyanya,
“naik line WB pak, langsung turun depan asrama haji” jawab mas Nur,
“lho jangan nanti saya antar, wong naik haji kok naik line, gimana sampean ini” Madura tidak terima
Diantarlah mas Nur tokoh kita ini, dan singkat cerita tetangga itupun pamit pulang, mas Nur yang disakunya hanya ada uang sepuluh ribu baru sadar, “gimana saya ini masak Haji Cuma bawa uang Rp. 10.000,-, bagaimana nanti disana, sejurus kemudian datanglah wartawan Surabaya Post temannya mengantar amplop, dalam hatinya ia berkata gembira “mungkin ini uang”, setelah diraba ternyata tipis, “wah bukan uang, mungkin cek, tapi kalau cek kapan saya bisa menukar, sudah tidak ada waktu” dia bimbang. Ditengah kebingungannya iapun merobek amplop dengan hati-hati, “hah dolar” ternyata isinya selembar uang dolar yang nilainya sama  dengan biaya naik haji (artinya ia punya banyak uang sekarang) puluhan juta.
Singkat cerita iapun ada dipesawat bersebelahan dengan salah satu anggota dewan dari salah satu parpol berkuasa zaman ORBA, dan setelah lama berbincang entah kenapa tiba-tiba orang itu mengatakan pada mas Nur, “Nur ambillah salah satu amplop yang kau suka dari koper ini, ini hadiah dari para pejabat” kata teman baru dalam pesawat, sambil berpaling membelakangi koper agar tidak terkesan memilih (padahal meraba yang tebal juga), ia mengambil satu amplop yang setelah dibuka isinya 2 juta (ini di tahun 1990 lho), benar firman Allah;
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (QS. Al Baqarah:245)
Mas Nur telah memberi pinjaman yang baik dengan membayar hutang orang tuanya, menanggung biaya hidup 9 adiknya. Dan Allah kemudian membayarnya dengan kelipatan yang banyak.
Kisah ini belum selesai, di tanah suci saat itu terjadi peristiwa runtuhnya terowongan Mina (masih saya konfirmasi kepada beliau bagaimana kisah detailnya), naluri dan pena nya sebagai seorang wartawan mulai bekerja, iapun menulis dan dikiraim berita itu ketanah air, ia banyak mendapat fee (gaji) dari tulisannya yang berharga dan tidak hanya itu kumpulan kisah tentang runtuhnya terowongan mina juga diterbitkan oleh penerbit Mizan. Dan sepulang dari tanah suci ditanah air tepatnya di daerah JL. Platuk Kec. Kenjeran ia telah dirubah setatusnya dari orang yang memberi pinjaman menjadi orang yang dibalas pinjaman. Dari orang yang kekurangan dan dililit utang menjadi orang yang mampu membayar utang dan hidup berkecukupan. Dan kini beliau menjadi Kepala Dinas Pendidikan di Surabaya. Disamping itu keahlian menulisnya terus diasah dan banyak buku yang telah terlahir dari ujung tangannya.
Allah membayar Pak Nur dengan bayaran yang dihimpun jadi satu, semua kebaikannya ditabung untuk kemudian diberikan dalam satu waktu yang tepat menurut Allah. Innallaha laa yukhliful mii’aad.

Kamis, 12 Januari 2012

Akibat Berbuatanmu Sendiri


            Pria itu terlihat gagah dengan kumis tebal, tato dilengan kiri dan punggung tangan antara ibu jari dan telunjuk bergambar bintang, usianya sekitar 34 tahun masalah penampilan pokoknya oke banget, tapi itu kan penampilan nyatanya dia adalah pria yang rapuh. Ya.. siang itu ia tertunduk lemas disamping sesepuh desa  “Boyot[1] Mirah”[2] siang itu kira-kira jam 08.30 diatas tanggul sungai Brantas. Segar dalam ingatan diiringi suara Salim Iklim yang mendayu-dayu menyanyikan lagu suci dalam debu. Pria itu menyampaikan beban hidupnya, mulai dari rumah yang masih kontrak, utang disana-sini, pekerjaan yang tidak menentu sementara anak sudah dua.
            Mungkin sulit dipercaya, penampilan seperti itu ternyata bisa nangis juga. Dengan tenang dan mantap Boyot Mirah mengatakan: “Pengeran gak mungkin nyusahno wong apik” (Allah tidak mungkin menyusahkan orang baik), “cobak preksoen, mungkin awakmu sek duwe duso utowo lali nglakoni kewajiban” (coba periksalah, mungkin kamu masih punya dosa besar atau lupa melaksanakan kewajiban). “Dandanono sholatmu, posomu, lakumu, engkok orepmu didandani pengeran” (betulkan sholatmu, puasamu, kelakuanmu, nanti hidupmu di perbaiki oleh Allah). Dan memang itulah kenyataannya pria itu ahli berbuat maksiat, peminum khomr, penjudi, pencuri dan pastinya ia tidak menjalankan sholat. Namun inilah salah satu bentuk kasih sayang Allah, pria itu dipertemukan dengan orang yang tepat dan sejak saat itu ia telah berubah.
            Penggalan kisah itu selama bertahun-tahun hanya tersimpan di file otakku tanpa memiliki makna apa-apa karena memang waktu itu boyot Mirah tidak menyampaikan dalil apapun. Namun setelah sekian lama apa yang disampaikan Boyot Mirah ternyata suatu rumus kehidupan yang secara jelas terpampang dalam Al Qur’an.
“ Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). Dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di muka bumi, dan kamu tidak memperoleh seorang pelindung dan tidak pula penolong selain Allah.” (QS. As Syuro, 42:30-31)
Dalam ayat lain Allah menjelaskan bahwa kesulitan-kesulitan yang menimpa juga bisa berarti azab pendahuluan atau porskot sebelum azab yang sesungguhnya diakhirat.
“Dan Sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. As Sajdah, 32:21)
Bila kita hubungkan dengan kehidupan pria tersebut, maka ayat ini mengingatkan bahwa, segala kesulitan yang menimpanya pasti disebabkan oleh kesalahannya sendiri hanya dia tidak mengerti, sehingga ia mencari sebab diluar dirinya. Dalam kesempatan yang sama Boyot Mirah Juga memberikan solusi seperti apa yang difirmankan oleh Allah dalam Al Qur’an surat At Tahrim ayat 8:
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Dan setelah pria itu merubah dirinya menjadi orang yang tidak lagi bergelimang dalam dosa dan maksiat maka benar apa yang disampaikan Boyot Mirah, hidupnya pun diperbaiki oleh Allah, ia telah memiliki pekerjaan tetap sebagai pemotong kertas, dirumahnya ada kios kecil dan ia juga memiliki tanah tegal yang dirawatnya setiap pagi dan sore disela waktu luangnya mengerjakan tugas utamanya. Inilah pesan yang terkandung dalam Al Qur’an.
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An Naml 16:97)
Kiranya apa yang terjadi 18 tahun yang lalu adalah menu pembuka bagi kami untuk selanjutnya memahami lebih dalam bahwa ternyata grafik kehidupan manusia itu akan berbanding lurus dengan seberapa baik dan sebaerapa buruk dia dhadapan Allah, inilah kemudian yang menginspirasi kami menulis buku DIAGNOSA KEHIDUPAN, dengan harapan agar kita memiliki kemampuan untuk meneliti sendiri kehidupan kita, apakah kita ini sedang berada dijalan baik atau justru sebaliknya berada ddalam jalan yang rawan dengan siksa dan azab Allah.












[1] Boyot adalah panggilan di Mojokerto yang dimaksudkan untuk Ibu dari nenek atau kakek.
[2] Boyot Mirah tinggal di Desa Kembangsri, Kec. Ngoro, Kab. Mojokerto. Beliau wafat tahun 2009.

Sembuh Dari Penyakit Berat Dengan Zikir Subhanallah

SEMBUH DARI PENYAKIT BERAT DENGAN ZIKIR SUBHANALLAH (Kisah Nyata)
Menyebut dirinya sebagai si Raja Penyakit, H. Zaini yang berdomisili di Jombang, tepatnya Ds. Segodorejo, Kec. Sumobito pernah mengalami berbagai penyakit dari yang ringan sampai yang berat, tapi itu dulu kini beliau menjadi pria yang sehat diusianya yang sudah diatas 60 tahun. Sebelum kisah ini kita simak, ada baiknya kita baca dulu hadits Rosulullah SAW:
Dari Abu Dzar rodhiallohu ‘anhu dia berkata: Ada sekelompok sahabat Rasulullah melapor, “Wahai Rasulullah orang-orang kaya telah memborong pahala. Mereka sholat sebagaimana kami sholat, mereka berpuasa sebagaimana kami puasa, namun mereka dapat bersedekah dengan kelebihan hartanya.” Beliau bersabda, “Bukankah Alloh telah menjadikan bagi kalian apa-apa yang dapat kalian sedekahkan? Sesungguhnya pada setiap tasbih ada sedekah, pada setiap tahmid ada sedekah dan pada setiap tahlil ada sedekah, menyuruh kebaikan adalah sedekah, melarang kemungkaran adalah sedekah, dan mendatangi istrimu juga sedekah.” Mereka bertanya. “Wahai Rasulullah, apakah jika seseorang memenuhi kebutuhan syahwatnya itu pun mendatangkan pahala?” Beliau bersabda, “Apa pendapatmu, bila ia menempatkan pada tempat yang haram, bukankah ia berdosa? Demikian pula bila ia menempatkan pada tempat yang halal, ia akan mendapatkan pahala.” (HR. Muslim)
Beliau mengisahkan ditahun 1977 mengalami sakit aneh, karena sakit ini jarang terjadi tapi nyatanya menimpa beliau yaitu sakit yang menyerang pencernaan, pencernaan yang tidak mau mencerna apapun, artinya bila H. Zaini memakan sebutir nasi tanpa dikunyah maka yang keluar besok pagi ya sebutir nasi utuh tanpa ada yang berubah sedikitpun, sudah berupaya diobatkan dari satu Rumah Sakit Ke Rumah Sakit lainnya tapi tak kunjung ada hasil, bahkan para dokter bingung karena obat tablet yang dimasukkan keluar utuh tanpa memberi efek apapun.
Orang kampung menyebut H. Zaini terkena santet, tenung, guna-guna dan sejenisnya sampai dibawa ke “orang pinter”, waktu berganti dan H. Zaini pun tak kunjung sembuh sampai hartanya yang selama ini dikumpulkan dari prosfesinya sebagai guru Pegawai Negeri habis dan hanya tinggal rumah yang ditempati, ya.. tak ada lagi biaya untuk berobat.
Orang tua beliau di Yogyakarta yang melihat kondisi anaknya benar-benar iba, tak tega rasanya melihat anaknya diterpa derita yang memilikan, bayangkan tubuhnya tinggal “longlit” balong sama kulit (tulang sama kulit) sangat kurus, tiada daya, sangat lemah bahkan sekedar untuk bisa bersuara.
Maka setelah berunding dengan keluarga di Jombang, disepakati H. Zaini dibawa ke Yogyakarta untuk diusahakan berobat dengan sedikit biaya yang dimiliki orang tuanya, karena diam-diam ibunya siap menjual sebidang tanah untuk anaknya berobat. Si ibu mengatakan kepada keluarga di Jombang, “mudah-mudahan Allah memeberi kesembuhan saat berobat di Yogya, andaikata dia dipanggil oleh Allah, biarlah asal saya bisa diberi kesempatan berada didekatnya”.
Berangkatlah H. Zaini ke Yogya dan seterusnya dibawa ke RS Umum (saya lupa namanya), langsung di rawat inap dan singkat cerita disinilah beliau bertemu dengan dr. A.H. Asdi yang dikemudian hari mengantar kesembuhannya. Dokter itu mengatakan:
“P Zaini, penyakit bapak ini namanya syndrom Sistolic (saya agak lupa nama penyakitnya) dan tidak mungkin bisa disembuhkan di RS ini, kalaupun saya habiskan seluruh obat yang ada disini bahkan saya tambah dengan seluruh obat yang ada di Apotek seluruh Yogya anda tidak mungkin sembuh,”
Seluruh keluarga tampak lemas mendengar penjelasan dokter tersebut, H. Zaini berkata:
“lalu bagaimana dokter, adakah jalan lain atau apakah saya pulang saja menunggu kematian.”
Dr. A.H. Asdi melanjutkan:
“antara sakit dengan kematian tidak ada hubungannya, orang mati karena jatah hidupnya habis, untuk bapak masih ada harapan, datanglah nanti malam dirumah saya, mudah-mudahan disana bapak menemukan obatnya”
Setelah meminta pulang paksa, datanglah H. Zaini yang makin lemah itu bersama keluarga ke rumah dokter A.H. Asdi sesuai alamat yang diberikan tadi siang. Tapi terkejut seluruh keluarga bahwa ternyata tempat praktek dokter terdapat tulisan TUTUP, lalu dimana mesti bertemu? Seluruh rombongan bertanya-tanya. Mendengar suara mobil diluar pekarangannya dokter segera keluar dan mempersilahkan masuk, bukan ketempat praktek tapi kerumah beliau. Ternyata dirumah itu telah ada beberapa orang yang lain yang kelihatannya bukan berobat tapi ngaji (Tadarus/membaca Al Qur’an bergantian). H. Zaini yang datang ditandu segera diberi tempat, dan dokter yang tampak penyabar dan faham agama tersebut mendekat.
“P. Zaini apakah bapak masih ingin sembuh?” tanya dokter,
“ya dokter,” jawab H. Zaini,
“pernakah bapak berzikir Subhanallah” tanya dokter lagi.
“sering dok,” jawab H. Zaini dengan bibir gemetar
“coba saya ingin tau” sambung dokter
“Subhanallah” H. Zaini mencoba
“belum-belum, itu belum zikir itu baru berkata” sela dokter.
“orang yang berzikir Subhanallah harus membersihkan segala prasangka buruknya kepada  Allah, memahami bahwa Allah itu suci dari kesalahan, ketidak tepatan, apalagi kezaliman, dan anda masih menyimpan perasaan itu, ceritakan kepada saya, apa yang membuat anda berfikir bahwa Allah tidak adil” desak dokter.
“begini dok, empat tahun yang lalu anak laki-laki saya meninggal tanpa sakit, dia ganteng, pinter dan meninggal mendadak tanpa tanda-tanda apapun, waktu itu seluruh keluarga sedih menangis dan berduka, adapun saya tidak menangis sedikitpun, tapi diam-diam saya berfikir bahwa Allah tidak adil, mengapa anak saya yang dipanggil padahal saya sudah berusaha taat kepada Nya.” Dengan meneteskan air mata H. Zaini menceritakan panasnya hati dengan taqdir yang menurutnya tidak adil.
“nah inilah sebab penyakit bapak, kini berfikirlah bahwa Allah hanya memberi rencana baik kepada orang-orang baik, dan bapak adalah orang baik, kini zikirkanlah subhanallah dengan bertaubat dan meyakini bahwa Allah pasti memberi kebaikan kepada bapak, bukan keburukan” nasehat dokter.
“subhanallah, subhanallah...” H. Zaini berzikir,
“belum” kata dokter,
“subhanallah, subhanallah, subhanallah... “ sampai sekitar zikir yang kesembilan dokter berkata “teruskan!”
Hingga kira kira zikir ke dua belas atau tiga belas H. Zaini tertidur.
               
Maka seluruh keluarga pun ikut menginap, dan ketika waktu subuh menjelang H. Zaini dibangunkan, sebelum itu dokter berpesan pada keluarga bahwa apapun yang terjadi semuanya hendaknya diam. “pak Zaini bangun ini sudah subuh,”
Setelah terbangun H. Zaini bertanya; “dimana tempat wudlu?”
“itu pak, anda lurus kemudian belok kiri,” jawab dokter. Anggota keluarga ingin membantu H. Zaini berdiri, tapi dokter memberi isyarat supaya diam saja, dan ajaib, H. Zaini berdiri sendiri. Kemudian setelah itu beliau berjama’ah dibelakang dokter. Setelah selesai sholat dokter A.H. Asdi menepuk lutut H. Zaini kemudian bertanya; “siapa yang mengantar bapak ketempat wudlu, siapa yang membantu bapak berdiri saat sholat subuh tadi”
“Berarti saya sembuh dok?” H. Zaini menyela,
“pulanglah pak Zaini dan teruslah berfikir bahwa Allah hanya memberi rencana baik pada hamba-hamba Nya yang baik”
Haji Zaini pun pulang dan berangsur pulih, kembali ke Jombang Sumobito dan kini beliau hidup lebih baik, hartanya yang hilang habis untuk berobat kini telah kembali, beliau punya mobil dan berani menyopir sendiri. Inilah kisah si Raja penyakit yang sembuh dengan ZIKIR “SUBHANALLAH”.  Marilah menjadi hamba yang senantiasa berdzikir:
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka (QS. Ali Imran: 191)
Semoga kita juga diajari oleh Allah untuk menjadi hamba yang senantiasa Husnudzon kepada Allah SWT. Amin ya Rabb.